ANALISA MINERAL BERAT
2.1 Definisi
Menurut Bates dan Jackson (1980), sedimentologi didefiniskan sebagai ilmu
yang mempelajari batuan sedimen dan proses-proses yang membentuknya; batuan itu
sendiri, klasifikasi, asal mula, dan intepretasi sedimen. Sedimentologi kadang
ditafsirkan salah, disamakan sedimentasi. Kata sedimentasi lebih cocok
diartikan sebagai proses pengendapan material sedimen.
Sedangkan www.cylica.blogspot.com dan www.id.wikipedia.org, menyebutkan
bahwa sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari pembentukan lapisan tanah
karena pengendapan tanah yang mengalami perpindahan dari tempat lain. Contohnya
adalah sedimentasi di delta sungai dan daerah sekitar gunung berapi. Ilmu ini
berkaitan erat dengan pembentukan bahan galian seperti batubara, minyak bumi,
emas, perak dsb.
2.2 Pengertian Mineral Berat
Mineral berat (heavy mineral) merupakan mineral yang memiliki berat jenis
lebih besar dari 2,58. mineral berat merupakan mineral tambahan yang
konsentrasinya kurang dari 1%. Meskipun kecil jumlahnya, mineral berat sangat
berperan untuk studi provenans, selain itu sejarah transportasi, pelapukan
sedimen serta studi korelasi dan paleogeografi juga memanfaatkan mineral berat.
Bentuk fisik dari mineral berat mencerminkan tingkat intensitas abrasinya.
Untuk memisahkan mineral berat dari mineral ringan
[kwarsa, feldspar, kalsit] digunakan larutan bromoform atau tetrabromomethane.
Mineral berat dapat dikelompokkan kedalam 4 bagian :
- Mineral Opak
Memiliki berat
jenis yang sangat tinggi disebabkan kandungan unsur besinya.
Contoh mineral
opak :
a. Magnetit dan Ilmenit
bernilai
ekonomis sebagai endapan placer [letakan]. Stabil pada kondisi oksidasi, tapi
mudah larut pada lingkungan reduksi. Magnetit dapat berubah menjadi hematit
ayau limonit, sedangkan untuk ilmenit biasanya berubah menjadi leucoxen,
sphene, anatase, atau mineral titanium.
b. Pirit
berkembang saat
kondisi asam.
c. Hematit dan limonit
terbentuk dari alterasi
d. Leucoxen
- Mineral Mika
Umumnya
mineral ini tidak diperhitungkan dalam studi mineral berat karena bentuknya
yang sangat berbeda dan ternyata tidak membenam saat dilarutkan dengan
bromoform
- kelompok Ultra-Stabil
Zircon, turmalin, rutil
memiliki sifat fisik sangat keras dan inert, serta bisa bertahan oleh beberapa
kali reworking
- Kelompok Meta-Stabil
▪ Olivin
Hanya terjadi
di daerah beriklim kering, mudah teralterasi dan melimpah pada batuan beku.
▪ Apatit
Stabilitas
menengah, menunjukkan sumber dari batuan volkanik, tetapi bisa juga terdapat
pada batuan plutonik asam dan basa.
▪ Hornblende dan piroksen
Berasal dari batuan beku dan batuan metamorf, tapi jika
kelimpahannya sangat banyak menunjukkan batuan asal dari batuan metamorf atau
volkanik. Oxyhornblende berasal dari batuan beku basaltik. Glaukopan dan
tremolit dari batuan metamorf. Piroksen sangat mudah terlarut setelah
sedimentasi sehingga jarang muncul pada batupasir yang porous.
▪ Garnet
Berasal dari
plutonik, pegmatit dan batuan metamorf, jika melimpah berarti berasal dari
batuan metamorf.
▪ Epidot, Klinozoisit, dan
Zoisit
▪ Kyanit, silimanit,
andalusit, stauroit
Berasal dari batuan sumber metamorf.
Tabel 2.1. Asosiasi mineral berat dan provenansnya menurut
Mc. Lane 1995
Provenance
|
Heavy Mineral Suite
|
Sedimentary
Low-grade metamorphic,
contact metamorphic
Higher-grade metamorphic,
Dynamothermal metamorphic
Acid igneous
Basic igneous
Pegmatitic
|
Rounded zircon, tourmaline,
rutile,
sphene, magnetite
Andalusite, staurolite,
chondrodite,
corundum, topaz, tourmaline,
vesuvianite, zoicite,
wollastonite, chlorite,
muscovite.
Garnet, epidot, zoicite,
staurolite, kyanite,
sillimanite, andalusite,
magnetite, sphene,
zircon, biotite
Monazite, sphene, zircon,
tourmaline, rutile,
magnetite, apatite, muscovite
Ilmenite, magnetite, anatase,
brookite,
diopside, rutile, chromite,
olivine
Tourmaline, beryl, topaz,
monazite,
cassiterite, muscovite
|
Faktor-faktor
yang mempengaruhi frekuensi dan variasi mineral berat :
▪ Litologi daerah asal dan
kelimpahan mineral
▪ Kondisi kimiawi
lingkungan pengendapan
▪ Proses fisis selama
transportasi
▪ Kestabilan diferensial mineral
▪ Abrasi yang berlangsung
▪ Faktor yang berlangsung
setelah pengendapan
2.3 Studi Batuan
Asal [Provenans]
Dalam Pettijohn (1987) istilah provenans (provenans) diturunkan dari
bahasa Perancis provenir yang berarti asal-usul (origin) atau kemunculan (to
comeforth). Pada penggunaanya mencakup seluruh proses yang berkaitan dengan
produksi atau kelahiran sediment. Dari pengertian ini maka provenans mencakup :
1) Apa jenis batuan sumber
yang menghasilakan atau menurunkan sediment.
2) Bagaimana relief dan
iklim di daerah batuan sumber.
3) Berapa jauh dan bagaimana
arahnya dari daerah sumber berada.
4) Berapa ukurannya.
Selain mineral berat tersebut, material lain seperti
terrigeneous lain yang dapat dipakai sebagai studi provenance adalah kwarsa,
feldspar, dan fragmen batuan.
Dengan mempelajari analisis mineral berat maka akan dapat mengetahui
kelebihan dan kekurangannya dalam menggunakan metode tersebut. Kelebihan
menggunakan metode analisa mineral berat adalah untuk akurasi dan ketepatan
yang baik dalam interpretasi karena adanya perhitungan secara kuantitatif dari
jenis mineral beratnya.
Kemudian kelemahan menggunakan metode analisis mineral berat adalah :
· Bila terdapat 2 sumber
batuan asal atau lebih, maka akan sukar dalam menginterpretasikannya.
· Setelah mengalami
transportasi mineral berat mengalami penyusutan karena abrasi, pelarutan dan
hal-hal lainnya yang mengakibatkan adanya perubahan variasi dan frekuensi
mineral berat yang ada dibandingkan dengan batuan asalnya.
· Mineral berat terangkut
secara Bed load yang kemudian mengalami abrasi secara efektif yang
mengakibatkan butiran menjadi halus sehingga sukar diamati.
· Memerlukan peralatan yang
rumit serta larutan kimia yang mahal; harganya.
Tabel 2.2. Golongan mineral ultra-stabil
Mineral
|
Ciri-ciri
|
1. Zircon
2. Turmalin
3. Hematit
|
§ Jernih-kuning, hijau
atau kadang coklat asap atau biru
§ Kilap vitrous hingga
andamantin/damar
§ Prismatik, tetragonal,
granular
§ Pecahan sub-concoidal
hingga tidak rata
§ Kuning anggur
kecoklatan
§ Hexagonal, prismatik
memanjang/meniang, ada striasi memanjang
§ Kilap damar hingga
vitreous
§ Transclusent, pecahan
tidak rata hingga concoidal
§ Coklat atau coklat
kemerahan
§ Tetragonal bipiramidal,
ramping, striasi memanjang prisma, kompak masif
§ Kilap andamantin hingga
submetalik
§ Pecahan tidak rata
|
Tabel 2.3. Golongan mineral opak
Mineral
|
Ciri-ciri
|
1. Ilmenit
[FeTiO3]
2. Maganetit
3. Hematit
[Fe2O3]
4. Pirit
[FeS2]
|
§ Hitam besi, pecahan
concoidal
§ Lempeng-lempeng masif
atau pasiran
§ Warna coklat gelap
§ Hitam besi, isometrik
dan tidak ada belahan
§ Granular dan masif,
kilap metalik
§ Abu-abu baja hingga
hitam besi
§ Hexagonal dan tanpa
belahan.
§ Terdapat sisik-sisik
atau seperti mika [mikaan]/ mendaun
§ Kuning perunggu dan
pucat
§ Granular
§ Striasi antar
bidang-bidang saling tegak lurus
|
Tabel 2.4. Golongan mineral metastabil
Mineral
|
Ciri-ciri
|
1. Olivin
2. Piroksen
3. Garnet
4. Apatit
5. Epidot
6. Zoisit
7. Kyanit
8. Andalusit
9. Silimanit
|
§ Hijau botol kekuningan.
§ Granular, rombik
biparaminal.
§ Pecahan concoidal,
kilap vitreous.
§ Hitam kehijauan, merah
kecoklatan.
§ Prismatik, gemuk-gemuk,
belahan 2 arah.
§ Kilap vitreus, pecahan
tidak rata-subconcoidal.
§ Kuning madu atau coklat
madu.
§ Granular, isometric,
tanpa belahan.
§ Kilap vitreus hingga
dammar, pecahan concoidal.
§ Putih jernih kadang
biru.
§ Prismatik, ramping,
panjang-panjang, granular.
§ Kilap vitreus hingga
dammar, pecahan concoidal.
§ Belahan 1 arah, jelek.
§ Hijau kekuningan hingga
hijau kecoklatan/kehitaman.
§ Prismatik seperti
papan, berserat.
§ Kilap lemak hingga
vitreus, belahan 1 arah.
§ Pecahan tidak rata
hingga concoidal.
§ Kuning keabu-abuan.
§ Prismatik, striasi
vertical, belahan 1 arah.
§ Kilap lemak hingga vitreus.
§ Pecahan tidak rata
hingga subconcoidal.
§ Putih salju kekuningan.
§ Tabular
panjang-panjangdan merupakan agregat meniang, seratan, satu arah sempurna.
§ Kilap mutiara hingga
vitreus, pecahan tidak rata.
§ Warna merah rose.
§ Prisma hampir persegi
empat, tanpa belahan.
§ Kilap vitreus, pecahan
rata hingga tidak rata.
§ Coklat, kilap buram,
ramping-ramping, belahan 1 arah.
§ Pecahan tidak rata.
|
2.3. Kelebihan dan Kekurangan
Metode Analisis Mineral Berat
Kelebihan :
·
Akurasi dan ketepatan yang baik dalam interpretasi karena
adanya perhitungan secara kuantitatif dari jenis mineral beratnya.
Kelemahan :
·
Bila ada 2 sumber batuan asal atau lebih, sukar dalam
interpretasinya.
·
Setelah tertransport mineral berat mengalami penyusutan
karena abrasi, pelarutan dan akibat lain (tingkat resistensi tiap mineral
berbeda). Hal ini mengakibatkan adanya perubahan variasi dan frekuensi mineral
berat yang adadibanding dengan batuan asalnya.
·
Mineral berat terangkut secara bed load (BJ besar), maka kana
mengalamai abrasi yang efektif dan mengakibatkan butiran menjadi halus,
sehingga agak sukar diamati.
·
Metode analisis ini memerlukan peralatan yang rumit dan
larutan kimia yang mahal.
Kualitas reservoir batupasir akan ditentukan oleh apa provenancenya dan
bagaimana transportasinya. Provenance yang didominasi metamorf atau melange
yang ditransportasi dalam jarak dekat, bukan oleh sistem sungai yang besar,
lalu diendapkan tanpa pemilahan yang baik akan menghasilkan reservoir yang
buruk. Provenance berupa batugamping akan menghasilkan batupasir yang
gampingan. Provenance berupa batuan volkanik yang kurang tertransportasi jauh
tanpa sungai yang besar akan menghasilkan kualitas reservoir yang buruk karena
dominasi mineral lempung saat terjadi diagenesis. Biasanya, untuk mengetahui
apa provenance-nya, metode sedimentary petrography digunakan. Komponen
petrografik butiran penyusun batuan sedimen itu diplot pada diagram segitiga
yang terkenal sebagai diagram QFL (kuarsa, felspar, fragmen lithik). Di dalam
segitiga ini ada beberapa “field” yang akan menunjukkan pengelompokkan plate
tectonic setting batuan yang sedang diteliti. Hanya, dalam prakteknya, sering
terjadi overlapping antara fields pada batuan sedimen yang kita amati, maka
diagram terner QFL ini tidak selalu berguna, seperti yang dikritisi oleh Mack
(1984) dalam Journal of Sedimentary Petrology, 54, hal. 212-220: Exceptions to
the relationship between plate tectonics and sandstone composition.
Efek transpor sedimen pada komposisi batupasir yang dihasilkan juga
penting dievaluasi untuk memperoleh interpretasi yang benar tentang provenance.
Analisis detail arus purba dan analisis sedimentologi lainnya penting dilakukan
untuk mengetahui efek transpor ini. Transpor di sistem terestrial secara
bervariasi akan memodifikasi batupasir yang dihasilkannya, tetapi efeknya
berbeda-beda menurut zone iklim dan tipe sistem sungai.
Misalnya, sungai-sungai di iklim yang panas dan lembab seperti iklim
tropis akan merupakan agen yang optimal untuk pelapukan kimiawi mineral-mineral
tak stabil seperti lithic fragmens. Akibatnya, mineral-mineral ini akan habis
saat dierosi dan transportasi, tinggallah mineral-mineral stabil seperti
kuarsa. Kita punya contoh yang sangat baik tentang ini, yaitu Kalimantan. Tak
mengherankan mengapa di Cekungan Kutai kita banyak menemukan batupasir yang
sangat kuarsaan (Formasi Balikpapan, Formasi Kampung Baru yang menjadi
reservoir utama cekungan ini) padahal provenance-nya di wilayah Kuching High
didominasi melange yang penuh dengan lithic fragments dan mineral tak stabil.
Sistem drainase Sungai Mahakam purba dan saat ini yang besar sangat efektif
sebagai agen erosi dan transportasi
Yang banyak saya amati dilakukan oleh industri2 untuk mengetahui
provenance batuan sedimen atau reservoir yang sedang ditelitinya adalah
melakukan analisis mineral berat pada sampel batuan reservoir itu. Metode ini
kelihatannya cukup ampuh dan sejak saya kuliah dulu pun telah diajarkan, juga
tertulis di buku2 sedimentologi yang klasik macam Pettijohn (1948). Disebut
mineral “berat” adalah kalau berat jenis mineral itu > 2.85 g/cc atau >
bromoform.Beberapa mineral dari kelompok mineral berat ini sangat diagnostik
untuk beberapa provenance. Misalnya, hanya dengan mempelajari mineral turmalin
di dalam batuan sedimen, Krynine (1946: The tourmaline group in sediments -
Journal of Geology, 54, hal. 65-87) bisa mengetahui apa sumber batuan sedimen
tersebut. Lima tipe provenance berdasarkan karakter turmalin di dalam batuan
sedimen menurut Krynine adalah: granitic tourmaline, pegmatite tourmaline,
tourmaline from pegmatized injected metamorphic terranes, sedimentary
authigenic tourmaline, dan torumaline reworked from older sediments. Setiap
tourmaline itu punya ciri optik sendiri yang menentukan jenis provenance-nya.
Comments
Post a Comment