Bencana Geologi : GUNUNG API
BAB I
PENDAHULUAN
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Contoh bencana alam antara lain antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah langsor. Sedangkan bencana non alam contohnya adalah konflik social, epidemi dan wabah penyakit.
Dilihat dari letak geologis, cuaca dan kondisi sosial, Indonesia rentan terhadap beragam bencana seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, badai dan angin topan, wabah penyakit, kekeringan dan gunung api. Bencana muncul ketika ancaman alam (seperti gunung api) bertemu dengan masyarakat yang rentan (perkampungan di lereng gunung api) yang mempunyai kemampuan rendah atau tidak mempunyai kemampuan untuk menanggapi ancaman itu (tidak ada pelatihan atau pemahaman tentang gunung api atau tidak siap siaga). Dampak yang muncul adalah terganggunya kehidupan masyarakat seperti kehancuran rumah, kerusakan harta benda serta korban jiwa.
Karena umumnya bahaya bencana dapat terjadi di mana saja dengan sedikit atau tanpa peringatan, maka sangat penting bersiaga terhadap bahaya bencana untuk mengurangi risiko dampaknya. Melalui pendidikan masyarakat, dapat dilakukan beberapa hal untuk mengurangi risiko bencana. Selain itu, agar masyarakat mengetahui langkah-langkah penanggulangan bencana sehingga dapat mengurangi ancaman, mengurangi dampak, menyiapkan diri secara tepat bila terjadi ancaman, menyelamatkan diri, memulihkan diri, dan memperbaiki kerusakan yang terjadi agar menjadi masyarakat yang aman, mandiri dan berdaya tahan terhadap bencana.
Gunung berapi meletus akibat magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi atau karena gerakan lempeng bumi, tumpukan tekanan dan panas cairan magma. Letusannya membawa abu dan batu yang menyembur dengan keras, sedangkan lavanya bisa membanjiri daerah sekitarnya. Akibat letusan tersebut bisa menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar pada wilayah radius ribuan kilometer dan bahkan bisa mempengaruhi putaran iklim di bumi ini, seperti yang terjadi pada Gunung Pinatubo di Filipina dan Gunung Krakatau di Propinsi Banten, Indonesia.
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus. Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magmar di bawah gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain daripada aliran lava, kehancuran oleh gunung berapi disebabkan melalui berbagai cara seperti berikut:
• Aliran lava.
• Letusan gunung berapi.
• Aliran lumpur.
• Abu.
• Kebakaran hutan.
• Gas beracun.
• Gelombang tsunami.
• Gempa bumi.
Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia
Status Makna Tindakan
AWAS • Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana
• Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap
• Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam • Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan
• Koordinasi dilakukan secara harian
• Piket penuh
SIAGA • Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana
• Peningkatan intensif kegiatan seismik
• Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana
• Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu • Sosialisasi di wilayah terancam
• Penyiapan sarana darurat
• Koordinasi harian
• Piket penuh
WASPADA • Ada aktivitas apa pun bentuknya
• Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal
• Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya
• Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal • Penyuluhan/sosialisasi
• Penilaian bahaya
• Pengecekan sarana
• Pelaksanaan piket terbatas
NORMAL • Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma
• Level aktivitas dasar • Pengamatan rutin
• Survei dan penyelidikan
BAB II
ISI
2.1 Dampak Letusan
Gas vulkanik adalah gas-gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung api antara lain Karbon Monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur Dioksida (SO2) dan Nitrogen (N2) yang membahayakan bagi manusia. Lava adalah cairan magma bersuhu sangat tinggi yang mengalir ke permukaan melalui kawah gunung api. Lava encer mampu mengalir jauh dari sumbernya mengikuti sungai atau lembah yang ada, sedangkan lava kental mengalir tidak jauh dari sumbernya.
Lahar juga merupakan salah satu ancaman bagi masyarakat sekitar Gunung Merapi. Ancaman lahar telah terjadi pada letusan Gunung Merapi pada tahun 1994 dan 2006. Lahar adalah banjir bandang di lereng gunung yang terdiri dari campuran bahan vulkanik berukuran lempung sampai bongkah. Lahar dapat berupa lahar panas atau lahar dingin. Lahar panas berasal dari letusan gunung api yang memiliki danau kawah, dimana air danau menjadi panas kemudian bercampur dengan material letusan dan keluar dari mulut gunung. Lahar dingin atau lahar hujan terjadi karena percampuran material letusan dengan air hujan di sekitar gunung yang kemudian membuat lumpur kental dan mengalir dari lereng gunung. Lumpur ini bisa panas atau dingin.
Awan panas (wedhus gembel) adalah hasil letusan gunung api yang paling berbahaya karena tidak ada cara untuk menyelamatkan diri dari awan panas tersebut kecuali melakukan evakuasi sebelum gunung meletusAwan panas hembusan adalah awan dari material letusan kecil yang panas, dihembuskan angin dengan kecepatan mencapai 90 km per jam. Awan panas jatuhan adalah awan dari material letusan panas besar dan kecil yang dilontarkan ke atas oleh kekuatan letusan yang besar. Material berukuran besar akan jatuh di sekitar puncak sedangkan yang halus akan jatuh mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan kilometer dari puncak karena pengaruh hembusan angin. Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada bagian tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki, dan juga menyebabkan sesak napas sampai tidak bisa bernapas. Bahkan pada letusan tahun 2006, awan panas telah merenggut dua korban jiwa di Kaliadem.
Abu Letusan gunung api adalah material letusan yang sangat halus. Karena hembusan angin dampaknya bisa dirasakan ratusan kilometer jauhnya. Pada letusan besar seperti pernah terjadi di Gunung Krakatau, abu yang dihasilkan bahkan menutupi sinar matahasi sampai berminggu-minggu.
2.2 Tindakan Kesiapsiagaan Persiapan dalam Menghadapi Letusan Gunung Merapi
Langkah kongkrit dalam kesiapsiagaan terhadap letusan Gunung Merapi antara lain adalah :
1. Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung dan ancaman-ancamannya
2. Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman
3. Membuat sistem peringatan dini
4. Mengembangkan Radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status gunung api
5. Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang diterbitkan oleh instansi berwenang
6. Membuat perencanaan penanganan bencana Mempersiapkan jalur dan tempat pengungsian yang sudah siap dengan bahan kebutuhan dasar (air, jamban, makanan, pertolongan pertama) jika diperlukan
7. Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting
8. Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api (dikoordinasi oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). Pos pengamatan gunung api biasanya mengkomunikasikan perkembangan status gunung api lewat radio komunikasi
2.3 Tindakan yang Sebaiknya Dilakukan Saat Terjadi Letusan Gunung Merapi
Tindakan yang dilakukan ketika telah terjadi letusan adalah :
1. Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran sungai kering dan daerah aliran lahar Hindari tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan
2. Masuk ruang lindung darurat bila terjadi awan panas
3. Siapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya
4. Melindungi mata dari debu, bila ada gunakan pelindung mata seperti kacamata renang atau apapun yang bisa mencegah masuknya debu ke dalam mata Jangan memakai lensa kontak
5. Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung
6. Saat turunnya abu gunung usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan
2.4 Tindakan yang Sebaiknya Dilakukan Setelah Terjadinya Letusan
Setelah terjadi letusan maka yang harus dilakukan adalah :
1. Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
2. Bersihkan atap dari timbunan abu karena beratnya bisa merusak atau meruntuhkan atap bangunan
3. Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin motor, rem, persneling dan pengapian
BAB III
PEMBAHASAN
Menurut saya bencana geologi, Gunung Api, merupakan salah satu bencana yang harus ditindak lanjuti sejak dini. Yang pertama yaitu segera lakukan evakuasi korban bencana gunung api, dan beberapa rumah disekitarnya yang berada pada jalur rawan bencana, sehingga tidak menimbulkan lebih banyak korban. Yang kedua yaitu menyediakan lahan untuk relokasi rumah yang terkena bencana gerakan tanah. Ini dimaksudkan agar para korban terhindar dari bencana jika mereka kembali membangun rumah di daerah tersebut. Yang ketiga yaitu melakukan pengawasan/monitoring baik lingkungan alamnya maupun aktivitas penduduknya, kaitannya dengan ancaman bencana alam gunung api. Pengawasan/monitoring sangatlah penting karena banyak para penduduk Indonesia yang masih belum paham betul akan bencana gerakan tanah. Yang keempat yaitu memberikan penyuluhan/penerangan tentang kewaspadaan dan kesiagaan dalam menghadapi terjadinya bencana alam gunung api, termasuk upaya menyelamatkan diri dan harta benda. Contohnya, jika mendengar bunyi gemuruh segera menjauh dari sumber bunyi tersebut. Bukan sebaliknya, mencari tahu sumber bunyi gemuruh tersebut. Yang kelima atau yang terakhir yaitu segera menetapkan program rehabilitasi bidang fisik, sosial dan ekonomi. Ini dimaksudkan agar para korban dapat segera melakukan aktifitasnya kembali secara normal dan kembali membangun kehidupan yang layak pascabencana gerakan tanah. Menurut pendapat saya, kelima cara ini merupakan solusi yang tepat dalam menanggulangi bencana gunung api.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Panduan Umum Penanganan Bencana Berbasis Masyarakat. Bali :
Yayasan IDEP. Download dari http://bencana.net pada 20 Desember 2010
Anonim. 2008. Anggaran Penanggulangan Bencana Sleman Rp1,3 Miliar. Download
dari www.ghabo.com pada 20 Desember 2010
http://sahrul1987.wordpress.com/2008/11/06/potensi-bencana-dan
penanggulangan-akibat-letusan-gunung-merapi-di-kabupaten-sleman/
diakses pada tanggal 20 Desember 2010 pukul 10.40
PENDAHULUAN
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Contoh bencana alam antara lain antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah langsor. Sedangkan bencana non alam contohnya adalah konflik social, epidemi dan wabah penyakit.
Dilihat dari letak geologis, cuaca dan kondisi sosial, Indonesia rentan terhadap beragam bencana seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, badai dan angin topan, wabah penyakit, kekeringan dan gunung api. Bencana muncul ketika ancaman alam (seperti gunung api) bertemu dengan masyarakat yang rentan (perkampungan di lereng gunung api) yang mempunyai kemampuan rendah atau tidak mempunyai kemampuan untuk menanggapi ancaman itu (tidak ada pelatihan atau pemahaman tentang gunung api atau tidak siap siaga). Dampak yang muncul adalah terganggunya kehidupan masyarakat seperti kehancuran rumah, kerusakan harta benda serta korban jiwa.
Karena umumnya bahaya bencana dapat terjadi di mana saja dengan sedikit atau tanpa peringatan, maka sangat penting bersiaga terhadap bahaya bencana untuk mengurangi risiko dampaknya. Melalui pendidikan masyarakat, dapat dilakukan beberapa hal untuk mengurangi risiko bencana. Selain itu, agar masyarakat mengetahui langkah-langkah penanggulangan bencana sehingga dapat mengurangi ancaman, mengurangi dampak, menyiapkan diri secara tepat bila terjadi ancaman, menyelamatkan diri, memulihkan diri, dan memperbaiki kerusakan yang terjadi agar menjadi masyarakat yang aman, mandiri dan berdaya tahan terhadap bencana.
Gunung berapi meletus akibat magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi atau karena gerakan lempeng bumi, tumpukan tekanan dan panas cairan magma. Letusannya membawa abu dan batu yang menyembur dengan keras, sedangkan lavanya bisa membanjiri daerah sekitarnya. Akibat letusan tersebut bisa menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar pada wilayah radius ribuan kilometer dan bahkan bisa mempengaruhi putaran iklim di bumi ini, seperti yang terjadi pada Gunung Pinatubo di Filipina dan Gunung Krakatau di Propinsi Banten, Indonesia.
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus. Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magmar di bawah gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain daripada aliran lava, kehancuran oleh gunung berapi disebabkan melalui berbagai cara seperti berikut:
• Aliran lava.
• Letusan gunung berapi.
• Aliran lumpur.
• Abu.
• Kebakaran hutan.
• Gas beracun.
• Gelombang tsunami.
• Gempa bumi.
Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia
Status Makna Tindakan
AWAS • Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana
• Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap
• Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam • Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan
• Koordinasi dilakukan secara harian
• Piket penuh
SIAGA • Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana
• Peningkatan intensif kegiatan seismik
• Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana
• Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu • Sosialisasi di wilayah terancam
• Penyiapan sarana darurat
• Koordinasi harian
• Piket penuh
WASPADA • Ada aktivitas apa pun bentuknya
• Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal
• Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya
• Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal • Penyuluhan/sosialisasi
• Penilaian bahaya
• Pengecekan sarana
• Pelaksanaan piket terbatas
NORMAL • Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma
• Level aktivitas dasar • Pengamatan rutin
• Survei dan penyelidikan
BAB II
ISI
2.1 Dampak Letusan
Gas vulkanik adalah gas-gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung api antara lain Karbon Monoksida (CO), Karbon Dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur Dioksida (SO2) dan Nitrogen (N2) yang membahayakan bagi manusia. Lava adalah cairan magma bersuhu sangat tinggi yang mengalir ke permukaan melalui kawah gunung api. Lava encer mampu mengalir jauh dari sumbernya mengikuti sungai atau lembah yang ada, sedangkan lava kental mengalir tidak jauh dari sumbernya.
Lahar juga merupakan salah satu ancaman bagi masyarakat sekitar Gunung Merapi. Ancaman lahar telah terjadi pada letusan Gunung Merapi pada tahun 1994 dan 2006. Lahar adalah banjir bandang di lereng gunung yang terdiri dari campuran bahan vulkanik berukuran lempung sampai bongkah. Lahar dapat berupa lahar panas atau lahar dingin. Lahar panas berasal dari letusan gunung api yang memiliki danau kawah, dimana air danau menjadi panas kemudian bercampur dengan material letusan dan keluar dari mulut gunung. Lahar dingin atau lahar hujan terjadi karena percampuran material letusan dengan air hujan di sekitar gunung yang kemudian membuat lumpur kental dan mengalir dari lereng gunung. Lumpur ini bisa panas atau dingin.
Awan panas (wedhus gembel) adalah hasil letusan gunung api yang paling berbahaya karena tidak ada cara untuk menyelamatkan diri dari awan panas tersebut kecuali melakukan evakuasi sebelum gunung meletusAwan panas hembusan adalah awan dari material letusan kecil yang panas, dihembuskan angin dengan kecepatan mencapai 90 km per jam. Awan panas jatuhan adalah awan dari material letusan panas besar dan kecil yang dilontarkan ke atas oleh kekuatan letusan yang besar. Material berukuran besar akan jatuh di sekitar puncak sedangkan yang halus akan jatuh mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan kilometer dari puncak karena pengaruh hembusan angin. Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada bagian tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher atau kaki, dan juga menyebabkan sesak napas sampai tidak bisa bernapas. Bahkan pada letusan tahun 2006, awan panas telah merenggut dua korban jiwa di Kaliadem.
Abu Letusan gunung api adalah material letusan yang sangat halus. Karena hembusan angin dampaknya bisa dirasakan ratusan kilometer jauhnya. Pada letusan besar seperti pernah terjadi di Gunung Krakatau, abu yang dihasilkan bahkan menutupi sinar matahasi sampai berminggu-minggu.
2.2 Tindakan Kesiapsiagaan Persiapan dalam Menghadapi Letusan Gunung Merapi
Langkah kongkrit dalam kesiapsiagaan terhadap letusan Gunung Merapi antara lain adalah :
1. Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung dan ancaman-ancamannya
2. Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman
3. Membuat sistem peringatan dini
4. Mengembangkan Radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status gunung api
5. Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang diterbitkan oleh instansi berwenang
6. Membuat perencanaan penanganan bencana Mempersiapkan jalur dan tempat pengungsian yang sudah siap dengan bahan kebutuhan dasar (air, jamban, makanan, pertolongan pertama) jika diperlukan
7. Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting
8. Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api (dikoordinasi oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). Pos pengamatan gunung api biasanya mengkomunikasikan perkembangan status gunung api lewat radio komunikasi
2.3 Tindakan yang Sebaiknya Dilakukan Saat Terjadi Letusan Gunung Merapi
Tindakan yang dilakukan ketika telah terjadi letusan adalah :
1. Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran sungai kering dan daerah aliran lahar Hindari tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan
2. Masuk ruang lindung darurat bila terjadi awan panas
3. Siapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya
4. Melindungi mata dari debu, bila ada gunakan pelindung mata seperti kacamata renang atau apapun yang bisa mencegah masuknya debu ke dalam mata Jangan memakai lensa kontak
5. Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung
6. Saat turunnya abu gunung usahakan untuk menutup wajah dengan kedua belah tangan
2.4 Tindakan yang Sebaiknya Dilakukan Setelah Terjadinya Letusan
Setelah terjadi letusan maka yang harus dilakukan adalah :
1. Jauhi wilayah yang terkena hujan abu
2. Bersihkan atap dari timbunan abu karena beratnya bisa merusak atau meruntuhkan atap bangunan
3. Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa merusak mesin motor, rem, persneling dan pengapian
BAB III
PEMBAHASAN
Menurut saya bencana geologi, Gunung Api, merupakan salah satu bencana yang harus ditindak lanjuti sejak dini. Yang pertama yaitu segera lakukan evakuasi korban bencana gunung api, dan beberapa rumah disekitarnya yang berada pada jalur rawan bencana, sehingga tidak menimbulkan lebih banyak korban. Yang kedua yaitu menyediakan lahan untuk relokasi rumah yang terkena bencana gerakan tanah. Ini dimaksudkan agar para korban terhindar dari bencana jika mereka kembali membangun rumah di daerah tersebut. Yang ketiga yaitu melakukan pengawasan/monitoring baik lingkungan alamnya maupun aktivitas penduduknya, kaitannya dengan ancaman bencana alam gunung api. Pengawasan/monitoring sangatlah penting karena banyak para penduduk Indonesia yang masih belum paham betul akan bencana gerakan tanah. Yang keempat yaitu memberikan penyuluhan/penerangan tentang kewaspadaan dan kesiagaan dalam menghadapi terjadinya bencana alam gunung api, termasuk upaya menyelamatkan diri dan harta benda. Contohnya, jika mendengar bunyi gemuruh segera menjauh dari sumber bunyi tersebut. Bukan sebaliknya, mencari tahu sumber bunyi gemuruh tersebut. Yang kelima atau yang terakhir yaitu segera menetapkan program rehabilitasi bidang fisik, sosial dan ekonomi. Ini dimaksudkan agar para korban dapat segera melakukan aktifitasnya kembali secara normal dan kembali membangun kehidupan yang layak pascabencana gerakan tanah. Menurut pendapat saya, kelima cara ini merupakan solusi yang tepat dalam menanggulangi bencana gunung api.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Panduan Umum Penanganan Bencana Berbasis Masyarakat. Bali :
Yayasan IDEP. Download dari http://bencana.net pada 20 Desember 2010
Anonim. 2008. Anggaran Penanggulangan Bencana Sleman Rp1,3 Miliar. Download
dari www.ghabo.com pada 20 Desember 2010
http://sahrul1987.wordpress.com/2008/11/06/potensi-bencana-dan
penanggulangan-akibat-letusan-gunung-merapi-di-kabupaten-sleman/
diakses pada tanggal 20 Desember 2010 pukul 10.40
Comments
Post a Comment