Pontensial Daerah Bekasi
Air tanah di kalimalang perlu dilakukan sesuatu agar tidak terjangkit beberapa larutan kimia yang buruk bagi air, begitupun dengan sampah-sampah yang tergenang akibat penduduk daerah sekitar, jatibening, sumber arta, dan galaxy. Pencemaran perairan terbuka seperti danau, rawa, dan sungai oleh limbah industri dan rumah. tangga, merupakan masalah yang serius. Berbagai bentuk pencemar air, baik yang bersifati fisik seperti lumpur, bahan organik, maupun yang berupa senyawa kimia termasuk yang beracun, seperti logam berat, perlu segera diatasi sebelum terjadi akumulasi yang membahayakan pada banyak perairan di Tanah Air kita. Ironis memang. Di satu sisi kita ingin air sungai yang tetap jernih, di sisi lain tidak ada kesadaran untuk merasa memiliki sungai tersebut sehingga berusaha untuk tetap menjaga kualitas dan kesehatan lingkungannya. Kualitas air Sungai Parameter fisika yang akan terpengaruh atau Cikapundung. meningkat konsentrasinya yaitu kekeruhan, warna, bau, rasa, daya hantar listrik, dan zat Secara kasat mata kita dapat melihat kondisi air padat terlarut. Parameter kimia yang akan terpengaruh atau meningkat konsentrasinya yaitu oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD), kebutuhan oksigen kimia (COD), pH, kesadahan, natrium, bikarbonat, klorida, sulfat, nitrat, nitrit, ammonium dan logam seperti besi (Fe), mangan (Mn), timbal (Pb), tembaga (Cu), seng (Zn), krom (Cr), dll. Sedangkan untuk parameter biologi, yang pasti akan sangat besar jumlahnya adalah bakteri yang dapat menimbulkan penyakit gatal atau Escherichia coli.
Salah satu langkah nyata dan mudah dilaksanakan untuk menangani pencemaran di kalimalang adalah aplikasi sistem biologis. Cara ini dilakukan antara lain melalui pengembangbiakan tanaman air seperti eceng gondok (Eichornia crassipes) atau kayambang (Bhs. Sunda: Kiambang; Salvinia natans). Sebenarnya, gagasan untuk menggunakan tumbuhan air sebagai penyaring biologis telah lama didengung-dengungkan.Kemampuan tumbuh-tumbuhan tersebut dalam menjernihkan air yang tercemar juga tidak perlu disangsikan lagi. Beberapa negara yang telah menggunakan sistem ini adalah Amerika Serikat,Jerman, Jepang, dan Korea. Tidak ada salahnya bukan, jika kita juga mencontoh mereka dan mulai menggunakan tumbuhan air untuk menjernihkan kalimalang. Air yang keruh, berbau, berwarna dan mengandung logam, dapat dihilangkan secara sederhana melalui penyerapan akar-akar tanaman air seperti eceng gondok. Tanaman eceng gondok dan kayambang ini mu d a h d i p e r o l e h d a n mu d a h p u l a dikembangbiakan. Tetapi kita harus berhati-hati jangan sampai timbul masalah baru, yaitu kita juga harus berperang melawan eceng gondok karena pertambahan populasinya yang tidak terkendali. Tanaman eceng gondok dan kayambang, mudah mengapung di atas permukaan air dan membentuk kelompok tumbuhan yang menyerupai pulau.
Jadi, jika kita ingin menggunakannya untuk penjernihan air tanah kalimalang, kita dapat menanam ecenggondok dalam ban mobil bekas atau dalam petakpetak seperti keramba, sehingga pertumbuhannya mudah dikontrol seperti yang dilakukan di negara Korea. Pertumbuhan eceng gondok ini nantinya akan membentuk pulau-pulau terapung di atas permukaan Sungai Cikapundung. Jika pertumbuhan eceng gondok telah melebihi petak-petak atau ban mobil bekas tersebut, kita dapat memanennya untuk dimanfaatkan menjadi berbagai hasil kerajinan
tangan. Pemeliharaan eceng gondok yang dimaksud di sini bukanlah seperti penanaman eceng gondok yang dilakukan masyarakat di sekitar Kali (Sungai)
Bekasi, Bekasi. Warga di sepanjang Kali Bekasi yang melintasi Kecamatan Babelan dan Sungawangi telah membudidayakan tanaman eceng gondok di kali tersebut sejak tahun 1999. Tetapi sayang, hal itu tidak diikuti dengan penanggulangan (penjernihan) air Kali Bekasi itu sendiri. Mereka hanya memanfaatkan penanaman eceng gondok tersebut sebagai kerja sampingan saat mereka tidak menggarap sawah. Mereka memanen dan mengeringkan batang batang eceng gondok, kemudian menjualnya
kepada tengkulak, dan selanjutnya dibawa ke perajin untuk dibuat tas, sepatu, kursi, dan lainlain. Bila air sungai Cikapundung akan digunakan alam skala kecil secara langsung dan sederhana, kita dapat menggunakan bahan kimia atau potensi kearifan lokal, seperti biji kelor, untuk menjernihkannya. Sebenarnya, biji kelor (Moringa
oleifera) telah lama digunakan di Inggris sebagai koagulan (penggumpal) alami dalam proses pengolahan air, mulai skala kecil sampai skala besar. Tentunya kita masih ingat pepatah yang mengatakan “dunia tak selebar daun kelor” yang
maknanya sindiran bagi orang yang berpikiran sempit. Tanaman kelor (Moringa oleifera), meskipun daun-daunnya berukuran kecil atau sempit, namun ia dapat tumbuh cepat sekali, baik dari biji maupun dari stek. Kelor bahkan tetap tumbuh sekalipun ditanam di atas lahan yang gersang. Jadi, kelor sangat baik dikembangkan di Tanaman Kelor (Moringa oleifera) telah lama digunakan di Inggris sebagai koagulan (penggumpal) alami dalam proses pengolahan air, mulai skala kecil sampai skala besar. , bijinya atas lahan-lahan kritis yang mengalami musim kering yang panjang
~~~~~~
Sumber air untuk POAM Bekasi berasal dari Kali Bekasi yang tcrdiri dari tiga unit instalasi, yaitu dua instalasi masing-masing dengan kapasitas 20 I/dtk dan sebuah instalasi dengan kapasitas 40Vdt (RUTR Bekasi, 1992). Disamping itu ada juga yang bersumber dari air tanah dalam (170 m) dengan kapasitas 30 Vdtk (RUTRK Tambun, 1991). Di sisi lain, sungai secara fisik adalah sebuah bentukan proses geologi, sehingga sungai dengan seluruh cekungan geologisnya dipengaruhi oleh asal-usul geologis pembentukannya. Masalah masukan dan keluaran air ke atau dari sungai di sepanjang alirannya, sebagai contoh, sangat dikontrol oleh tatanan geologi di sepanjang sungai tersebut. Untuk kalimalang, misalnya, ternyata tidak semua aliran sungainya merupakan daerah keluaran air tanah. Beberapa bagian sungai tersebut bertindak sebagai pemasok bagi sistem air tanah di sekitarnya. Hal tersebut penting maknanya dalam kaitannya dengan pengelolaan air tanah. Hubungan sungai dan air tanah dan perlindungan kualitas air sungai - untuk kasus seperti air tanah kalimalang - sangatlah penting.
Air tanab dangkal di daerab pennukiman sebagian besar tidak layak sebagai air minum baku, karena adanya pencemaran E. Coli (dari 30 contoh sumur, 73% tercemar), ammonia (50%), nitrit (33%), nitrat (7%), sulfida (23%), besi (53%), mangan (46%), BOD5 dan COD .(100%), dan deterjen (70 %) dan terlalu asam (40%). Kualitas air tanah di daerab pemukiman di tanab aluvial tidak berbeda nyata dengan kualitas air tanab daerah pennukiman di tanab latosol (pada taraf nyata a = 5%). Ditinjau dari lokasi penelitian, jenis pencemaran, dan tingkat pencemarannya, sumber pencemar utama air tanab di daerab penelitian adalab limbab domestik. Penggunaan air untuk air minum sebaiknya dimasak terlebih dahulu. Bila perlu lakukan pengolaban sederhana, misalnya penyaringan, oerasi, pemberian tawas atau koporit, secara berkala.Perlu dilakukan perbaikan konstruksi sumur yang kurang se mpurna dengan pemberian dinding tembok. Perlu pengaturan letak tangki septik terhadap sumber air bersih. Jika luas laban tidak memungkinkan untuk menetapkan jarak yang aman (minimum 10 m), sebaiknya dibuat tangki septik komural.
Comments
Post a Comment