Batuan Sedimen non klastik - Organik
1.1
Oil
Shale
Dalam petroleum system
dikenal istilah source rock, yaitu batuan kaya kandungan bahan organik
yang menjadi sumber minyak dan gas bumi (migas). Oleh karena adanya proses
diagenesis yang menyebabkan tekanan dan temperatur batuan semakin tinggi, migas
dapat keluar dari source rock apabila tingkat maturity
(kematangan) bahan organik di dalamnya telah tercapai. Migas yang keluar dari source
rock ini kemudian bermigrasi dan terjebak pada lapisan batuan di atasnya
apabila (Gambar 1):
·
ada reservoir, yaitu
batuan yang mempunyai porositas tinggi misalnya batupasir atau batugamping
sehingga migas bisa masuk ke dalam pori-pori batuan tersebut.
·
ada seal rock, yaitu
batuan halus misalnya batulempung di atas reservoir sebagai lapisan
penudung sehingga migas terjebak dan tidak bermigrasi lebih jauh lagi.
Source rock umumnya adalah batuan berbutir halus yang terendapkan dalam
lingkungan anoxic atau miskin oksigen sehingga memungkinkan adanya
pengawetan (preservation) material organik yang ikut terendapkan. Source
rock, dilihat dari tingkat evolusi bahan organik selama diagenesis, secara
umum bisa dibagi menjadi mature (matang) dan immature (belum
matang). Immature source rock disebut juga sebagai oil shale.
Menurut beberapa referensi, definisi oil shale tersebut terbatas pada
shale (Peters et al., 2005), namun ada juga yang mendefinisikan lebih luas
tidak hanya sebatas shale namun juga marl dan karbonat (Tissot dan Welte,
1984).
Istilah shale oil juga
dikenal dan pengertiannya berbeda dengan oil shale. Shale oil
adalah oil yang diperoleh dari proses retorting atau pematangan buatan
oil shale. Shale oil juga mencakup oil pada mature source
rock yang karena minimnya crack atau retakan tidak bisa bermigrasi. Dengan
demikian shale oil juga berbeda pengertiannya dengan crude oil
yaitu oil yang bermigrasi dan kemudian terjebak pada reservoir.
Pemanfaatan oil shale
Cara pemanfaatan oil shale
termasuk teknologi baru dan non konvensional karena tidak sekedar mengebor dan
kemudian memproduksi minyak, namun diperlukan lagi sebuah proses yaitu retorting
untuk mendapatkan shale oil. Karena proses retorting inilah
pemanfaatan oil shale menjadi sangat mahal dan tidak ekonomis selama
produksi oil konvensional masih lebih murah. Berikut adalah beberapa metode
pemanfaatan oil shale yang bisa dilakukan (Gambar 3):
1.
Retorting di permukaan
Dalam metode ini, oil shale
secara konvensional diambil atau ditambang baik itu tambang permukaan atau pun
bawah tanah. Oil shale kemudian diolah dan diperas oil-nya dengan
pemanasan (retorting). Kelemahan teknologi ini terletak pada mahalnya
biaya retorting dan reklamasi material batuan apabila sudah diperas
oil-nya. Masalah umum klasik proses penambangan misalnya merusak estetika lahan
dan pencemaran lingkungan juga merupakan isu-isu negatif yang bisa menghambat
teknologi pemanfaatan ini.
2.
Retorting in situ.
Metode ini diterapkan untuk oil
shale yang keberadaannya jauh di bawah permukaan bumi, sehingga tidak bisa
dilakukan penambangan terbuka maupun bawah tanah. Teknologi yang digunakan
adalah pengeboran untuk membuat crack atau retakan dengan ledakan pada oil
shale kemudian diikuti oleh pemanasan sehingga oil yang ditimbulkan bisa
diambil dari sumur produksi. Metode ini juga bisa membawa resiko apabila tidak
dilakukan dengan cermat sehingga timbul pemanasan yang tak terkontrol.
Walaupun masih tergolong teknologi
mahal, eksploitasi oil shale sudah banyak dilakukan di berbagai
negara, walaupun dibandingkan dengan minyak konvensional produksinya masih
relatif kecil. Oil shale sudah diproduksi sejak sebelum Perang Dunia I
oleh Jerman karena terbatasnya akses minyak konvensional pada masa itu. Namun
hanya Estonia dan Cina yang terus melakukan produksi oil shale setelah
berakhirnya Perang Dunia II. Hingga kini, Estonia adalah produsen oil shale
terbesar (80%) di antara negara produsen lain seperti Cina, Brazil dan
Australia.
Sumberdaya oil shale dunia
Walaupun
eksploitasi oil shale masih sangat kecil, namun sumberdaya shale
oil adalah 25 kali lebih besar dari crude oil
Sumberdaya oil shale di Indonesia
Eksplorasi oil shale di
Indonesia sudah dimulai sejak dekade yang lalu yang dilakukan oleh Pusat
Sumberdaya Geologi (PSDG). Endapan oil shale ditemukan di Sumatera dan
Sulawesi Selatan, yang sumberdaya terbesarnya ada di Cekungan Sumatera Tengah
dan Selatan. Oil shale di Sumatera banyak terdapat di beberapa tempat
pada lapisan shale pada Formasi Gumai yang keberadaannya menutupi hampir
seluruh cekungan. Potensi oil shale juga ditemukan pada Formasi
Sangkarewang di Cekungan Ombilin.
Comments
Post a Comment