MAGMA [reviewed by some sources]
Magma merupakan batu-batuan cair yang
terletak di dalam kamar magma di bawah permukaan bumi. Magma di bumi merupakan larutan silika bersuhu tinggi yang kompleks dan merupakan
asal semua batuan beku. Magma berada dalam tekanan
tinggi dan kadang kala memancut keluar melalui pembukaan gunung berapi dalam bentuk aliran lava atau letusan gunung berapi. Hasil letupan gunung berapi
ini mengandung larutan gas yang tidak pernah sampai ke permukaan
bumi. Magma terkumpul dalam kamar magma yang terasing di bawah kerak bumi dan
mengandung komposisi yang berlainan menurut tempat magma itu didapati.
Dalam siklus batuan dicantumkan
bahwa batuan beku bersumber dari proses pendinginan dan penghabluran lelehan
batuan didalam Bumi yang disebut magma. Magma adalah suatu lelehan silikat
bersuhu tinggi berada didalam Litosfir, yang terdiri dari ion-ion yang bergerak
bebas, hablur yang mengapung didalamnya, serta mengandung sejumlah bahan
berwujud gas. Lelehan tersebut diperkirakan terbentuk pada kedalaman berkisar
sekitar 200 kilometer dibawah permukaan Bumi, terdiri terutama dari unsur-unsur
yang kemudian membentuk mineral-mineral silikat.
Magma yang mempunyai berat-jenis lebih ringan dari
batuan sekelilingnya, akan berusaha untuk naik melalui rekahan-rekahan yang ada
dalam litosfir hingga akhirnya mampu mencapai permukaan Bumi. Apabila magma
keluar, melalui kegiatan gunung-berapi dan mengalir diatas permukaan Bumi, ia
akan dinamakan lava. Magma ketika dalam perjalanannya naik menuju ke permukaan,
dapat juga mulai kehilangan mobilitasnya ketika masih berada didalam litosfir
dan membentuk dapur-dapur magma sebelum mencapai permukaan. Dalam keadaan
seperti itu, magma akan membeku ditempat, dimana ion-ion didalamnya akan mulai
kehilangan gerak bebasnya kemudian menyusun diri, menghablur dan membentuk
batuan beku. Namun dalam proses pembekuan tersebut, tidak seluruh bagian dari
lelehan itu akan menghablur pada saat yang sama. Ada beberapa jenis mineral
yang terbentuk lebih awal pada suhu yang tinggi dibanding dengan lainnya.
Dalam gambar berikut diperlihatkan
urutan penghabluran (pembentukan mineral) dalam proses pendinginan dan
penghabluran lelehan silikat. Mineral-mineral yang mempunyai berat-jenis tinggi
karena kandungan Fe dan Mg seperti olivine, piroksen, akan menghablur paling
awal dalam keadaan suhu tinggi, dan kemudian disusul oleh amphibole dan
biotite. Disebelah kanannya kelompok mineral felspar, akan diawali dengan jenis
felspar calcium (Ca-Felspar) dan diikuti oleh felspar kalium (K-Felspar).
Akibatnya pada suatu keadaan tertentu, kita akan mendapatkan suatu bentuk
dimana hublur-hablur padat dikelilingi oleh lelehan.
Bentuk-bentuk dan ukuran dari
hablur yang terjadi, sangat ditentukan oleh derajat kecepatan dari pendinginan
magma. Pada proses pendinginan yang lambat, hablur yang terbentuk akan
mempunyai bentuk yang sempurna dengan ukuran yang besar-besar. Sebaliknya,
apabila pendinginan itu berlangsung cepat, maka ion-ion didalamnya akan dengan
segera menyusun diri dan membentuk hablur-hablur yang berukuran kecil-kecil,
kadang berukuran mikroskopis. Bentuk pola susunan hablur-hablur mineral yang
nampak pada batuan beku tersebut dinamakan tekstur batuan.
Disamping derajat kecepatan pendinginan, susunan
mineralogi dari magma serta kadar gas yang dikandungnya, juga turut menentukan
dalam proses penghablurannya. Mengingat magma dalam aspek-aspek tersebut diatas
sangat berbeda, maka batuan beku yang terbentuk juga sangat beragam dalam
susunan mineralogi dan kenampakan fisiknya. Meskipun demikian, batuan beku
tetap dapat dikelompokan berdasarkan cara-cara pembentukan seta susunan
mineraloginya.
Proses
Pembentukan Magma
dalam kerak Bumi dapat terbentuk sebagai akibat dari perbenturan antara 2 (dua)
lempeng litosfir, dimana salah satu dari lempeng yang berinteraksi itu menunjam
dan menyusup kedalam astenosfir. Sebagai akibat dari gesekan yang berlangsung
antara kedua lempeng litosfir tersebut, maka akan terjadi peningkatan suhu dan
tekanan, ditambah dengan penambahan air berasal dari sedimen-sedimen samudra
akan disusul oleh proses peleburan sebagian dari litosfir (gambar berikut)
Sumber magma yang terjadi sebagai akibat dari
peleburan tersebut akan menghasilkan magma yang bersusunan asam (kandungan unsur
SiO2 lebih besar dari 55%). Magma yang bersusunan basa, adalah magma yang
terjadi dan bersumber dari astenosfir.
Magma seperti itu didapat di
daerah-daerah yang mengalami gejala regangan yang dilanjutkan dengan pemisahan
litosfir. Berdasakan
sifat kimiawinya, batuan beku dapat dikelompokan menjadi 4 (empat) kelompok,
yaitu: (1) Kelompok batuan beku ultrabasa/ultramafic; (2) Kelompok batuan beku
basa; (3) Kelompok batuan beku intermediate; dan (4) Kelompok batuan beku asam.
Dengan demikian maka magma asal yang membentuk batuan batuan tersebut diatas
dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu magma basa, magma intermediate, dan magma
asam. Yang menjadi persoalan dari magma adalah :
1) Apakah benar bahwa magma terdiri dari 3
jenis (magma basa, intermediate, asam) ?
2) Apakah
mungkin magma itu hanya ada satu jenis saja dan kalau mungkin bagaimana
menjelaskan cara terbentuknya batuan-batuan yang komposisinya bersifat
ultrabasa, basa, intermediate dan asam? Berdasarkan pengelompokan batuan beku, maka pertanyaan
pertama dapat dibenarkan dan masuk akal apabila magma terdiri dari 3 jenis,
sedangkan pertanyaan kedua, apakah benar bahwa magma hanya ada satu jenis saja
dan bagaimana caranya sehingga dapat membentuk batuan yang bersifat ultrabasa,
basa, intermediate, dan asam?. Untuk menjawab pertanyaan ini, ada 2 cara untuk
menjelaskan bagaimana batuan yang bersifat basa, intermediate, dan asam itu
dapat terbentuk dari satu jenis magma saja? Jawabannya adalah melalui proses
Diferensiasi Magma dan proses Asimilasi Magma.
Diferensiasi
Magma adalah proses penurunan temperatur magma yang terjadi secara perlahan
yang diikuti dengan terbentuknya mineral-mineral seperti yang ditunjukkan dalam
deret reaksi Bowen. Pada penurunan temperatur magma maka mineral yang pertama
kali yang akan terbentuk adalah mineral Olivine, kemudian dilanjutkan dengan
Pyroxene, Hornblende, Biotite (Deret tidak kontinu). Pada deret yang kontinu,
pembentukan mineral dimulai dengan terbentuknya mineral Ca-Plagioclase dan
diakhiri dengan pembentukan Na-Plagioclase. Pada penurunan temperatur
selanjutnya akan terbentuk mineral K-Feldspar(Orthoclase), kemudian dilanjutkan
oleh Muscovite dan diakhiri dengan terbentuknya mineral Kuarsa (Quartz).
Proses pembentukan mineral akibat proses
diferensiasi magma dikenal juga sebagai Mineral Pembentuk Batuan (Rock Forming
Minerals). Pembentukan
batuan yang berkomposisi ultrabasa, basa, intermediate, dan asam dapat terjadi
melalui proses diferensiasi magma. Pada tahap awal penurunan temperatur magma,
maka mineral-mineral yang akan terbentuk untuk pertama kalinya adalah Olivine,
Pyroxene dan Ca-plagioklas dan sebagaimana diketahui bahwa mineral-mineral
tersebut adalah merupakan mineral penyusun batuan ultra basa. Dengan
terbentuknya mineral-mineral Olivine, pyroxene, dan Ca-Plagioklas maka
konsentrasi larutan magma akan semakin bersifat basa hingga intermediate dan
pada kondisi ini akan terbentuk mineral mineral Amphibol, Biotite dan
Plagioklas yang intermediate (Labradorite – Andesine) yang merupakan mineral
pembentuk batuan Gabro (basa) dan Diorite (intermediate). Dengan terbentuknya
mineral-mineral tersebut diatas, maka sekarang konsentrasi magma menjadi
semakin bersifat asam. Pada kondisi ini mulai terbentuk mineral-mineral
K-Feldspar (Orthoclase), Na-Plagioklas (Albit), Muscovite, dan Kuarsa yang
merupakan mineral-mineral penyusun batuan Granite dan Granodiorite (Proses
diferensiasi magma ini dikenal dengan seri reaksi Bowen).
Asimilasi Magma
adalah proses meleburnya batuan samping (migling) akibat naiknya magma ke arah
permukaan dan proses ini dapat menyebabkan magma yang tadinya bersifat basa
berubah menjadi asam karena komposisi batuan sampingnya lebih bersifat asam.
Apabila magma asalnya bersifat asam sedangkan batuan sampingnya bersifat basa,
maka batuan yang terbentuk umumnya dicirikan oleh adanya Xenolite (Xenolite
adalah fragment batuan yang bersifat basa yang terdapat dalam batuan asam).
Pembentukan batuan yang berkomposisi ultrabasa, basa, intermediate, dan asam
dapat juga terjadi apabila magma asal (magma basa) mengalami asimilasi dengan
batuan sampingnya.
Sebagai contoh suatu magma basa yang menerobos batuan samping yang berkomposisi asam maka akan terjadi asimilasi magma, dimana batuan samping akan melebur dengan larutan magma dan hal ini akan membuat konsentrasi magma menjadi bersifat intermediate hingga asam. Dengan demikian maka batuan-batuan yang berkomposisi mineral intermediate maupun asam dapat terbentuk dari magma basa yang mengalami asimilasi dengan batuan sampingnya. Klasifikasi batuan beku dapat dilakukan berdasarkan kandungan mineralnya, kejadian / genesanya (plutonik, hypabisal, dan volkanik), komposisi kimia batuannya, dan indek warna batuannya. Untuk berbagai keperluan klasifikasi, biasanya kandungan mineral dipakai untuk mengklasifikasi batuan dan merupakan cara yang paling mudah dalam menjelaskan batuan beku. Berdasarkan kejadiannya (genesanya), batuan beku dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Sebagai contoh suatu magma basa yang menerobos batuan samping yang berkomposisi asam maka akan terjadi asimilasi magma, dimana batuan samping akan melebur dengan larutan magma dan hal ini akan membuat konsentrasi magma menjadi bersifat intermediate hingga asam. Dengan demikian maka batuan-batuan yang berkomposisi mineral intermediate maupun asam dapat terbentuk dari magma basa yang mengalami asimilasi dengan batuan sampingnya. Klasifikasi batuan beku dapat dilakukan berdasarkan kandungan mineralnya, kejadian / genesanya (plutonik, hypabisal, dan volkanik), komposisi kimia batuannya, dan indek warna batuannya. Untuk berbagai keperluan klasifikasi, biasanya kandungan mineral dipakai untuk mengklasifikasi batuan dan merupakan cara yang paling mudah dalam menjelaskan batuan beku. Berdasarkan kejadiannya (genesanya), batuan beku dapat dikelompokkan sebagai berikut:
3) Batuan Volcanic adalah batuan beku yang
terbentuk dipermukaan atau sangat dekat permukaan bumi dan umumnya berbutir sangat
halus hingga gelas.
4) Batuan Hypabysal adalah batuan beku
intrusive yang terbentuk dekat permukaan bumi dengan ciri umum bertekstur
porphyritic.
5) Batuan Plutonic adalah batuan beku
intrusive yang terbentuk jauh dibawah permukaan bumi dan umumnya bertekstur
sedang hingga kasar.
6) Batuan Extrusive adalah batuan beku,
bersifat fragmental atau sebaliknya dan terbentuk sebagai hasil erupsi ke
permukaan bumi.
7)
Batuan
Intrusive adalah batuan beku yang terbentuk dibawah permukaan bumi.
Magma adalah cairan panas yang liat
yang berasal dari dalam Bumi. Magma yang muncul di permukaan Bumi berasal dari
Mantel. Di permukaan Bumi, magma membeku dan membentuk batuan yang disebut
sebagai batuan beku atau igneous rock. Oleh karena itu, magma secara sederhana
sering didefinisikan sebagai batuan cair atau molten rock.mungkin juga ada di
lain planet terestrial. Selain batuan cair, pendekatan dengan menganalisa
batuan beku masih kurang, karena belum dapat mengetahui komponen penyusun magma
yang berupa gas.
Karena gejala volkanisme adalah
manifestasi dari kemunculan magma di permukaan Bumi, maka untuk mengetahui
kandungan gas dalam magma dipelajari aktifitas vulkanisme.Dari uraian di atas
maka, secara sederhana dapat kita katakan bahwa seluruh unsur kimia yang ada di
Bumi, kecuali buatan, terdapat di dalam magma; hanya kelimpahan dari
unsur-unsur tersebut yang berbeda.
Komposisi kimia magma sangat
kompleks. 99% dari magma tersusun oleh 10 unsur kimia, yaitu Silikon (Si),
Titanium (Ti), Aluminium (Al), Besi (Fe), Magmesium (Mg), Kalsium (Ca), Natrium
(Na), Kalium (K), Hidrogen (H), dan Oksigen (O).
Dengan konvensi, komposisi kimia magma dinyatakan
dalam persen berat (% berat). Dalam bentuk senyawa kimia, unsur-unsur tersebut
dinyatakan dalam bentuk SiO2, TiO2, Al2O3, FeO, MgO, CaO, Na2O, K2O dan H2O.
Tentang kelimpahannya, secara umum,
SiO2 adalah yang paling banyak, menyusun lebih dari 50 % berat magma. Kemudian,
Al2O3, FeO, MgO, CaO menyusun 44 % berat magma, dan sisanya Na2O, K2O, TiO2 dan
H2O menyusun 6 % berat magma. Pada kenyataannya, kelimpahan unsur-unsur
tersebut sangat bervariasi, tergantuk pada karakter komposisi magma. sering
terkumpul dalam kamar magma di dalam gunung berapi. Magma mampu intrusi ke batu
yang berdekatan, ekstrusi ke permukaan sebagai lava, dan peledak ejeksi sebagai
tephra untuk membentuk batuan piroklastik.
Magma kompleks fluida temperatur
tinnggi zat. Temperatur daari sebagian besar magma berada dikisaran 700 ° C
hingga 1300 ° C (atau 1300 ° F hingga 2400 ° F),tapi sangat jarang carbonite
dapat mencair sedingin 600 ° C, dan komatiite mencair mungkin sepanas 1600 ° C.
sebagian besar adalah silikat solusi.Lingkungan dari pembentukan dan komposisi
magma biasanya berkorelasi. Lingkungan meliputi zona subduksi, kontinental zona
retak, mid-oceanic ridges, dan hotspot, beberapa di antaranya ditafsirkan
sebagai mantel bulu. Meskipun ditemukan luas seperti locales, sebagian besar
dari kerak bumi dan mantel tidak cair. Sebaliknya, sebagian besar Bumi
mengambil bentuk rheid, suatu bentuk padat yang dapat bergerak atau ubahlah di
bawah tekanan. Magma, seperti cair, bentuk preferentially suhu tinggi, tekanan
lingkungan yang rendah dalam beberapa kilometer dari permukaan bumi.
Dalam siklus batuan dicantumkan
bahwa batuan beku bersumber dari proses pendinginan dan penghabluran lelehan
batuan didalam Bumi yang disebut magma. Magma adalah suatu lelehan silikat
bersuhu tinggi berada didalam Litosfir, yang terdiri dari ion-ion yang bergerak
bebas, hablur yang mengapung didalamnya.
|
Siklus batuan
|
Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun
(1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang
pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500–2.5000C dan
bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah.
Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile
(air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan
penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk
mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke
permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal
dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat
(magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s Reaction
Series.
Comments
Post a Comment